Motivasi dari Al Qur'an

Mata Air 11: Hiduplah Sederhana

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ

"Sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai" (Luqman[31]:19)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Orang yang hidup sederhana, dia tidak akan meminta-minta." Dalam hadis lain yang juga ; diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Darda', Rasulullah saw. juga bersabda, "Tanda kepahaman seseorang dalam ber agama adalah sederhana dalam kehidupannya."

Kesederhanaan dalam hidup mencakup kesederhanaan sikap dan perilaku, kesederhanaan tutur kata, dan keseder¬hanaan pola pikir. Sikap sederhana adalah lawan dari sikap berlebih-lebihan dan menyombongkan diri. Allah swt. ber-firman,

"Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membangga-kan diri..." (Luqman [31]: 18)

Hidup sederhana adalah realisasi dari sikap mensyukuri nikmat Allah swt. Kita patut becermin dari gaya hidup Rasulullah saw. Kehidupan beliau sarat akan hikmah dan kesederhanaan hidup yang menjadi kekuatan moral dalam mengajak manusia ke jalan Allah swt.

Anas pernah berkata, "Aku tidak pernah mengetahui Nabi saw. melihat adonan roti yang lebar lagi tipis hingga saat beliau meninggal dunia. Aku juga tidak melihat beliau menikmati hidangan daging domba sama sekali."

Aisyah juga pernah berkata, "Kami benar-benar pernah melihat tiga kali kemunculan hilal selama dua bulan. Akan tetapi, kami tidak pernah menyalakan tungku api di rumah-rumah Rasulullah saw." Lalu Urwah bertanya kepada Aisyah, "Kalau begitu, apa yang bisa membuat kalian bertahan hidup?" Aisyah menjawab, "Dua hal: korma dan air."

Kesederhanaan hidup seseorang tecermin pada pakaian yang dipakai, makanan yang dimakan, minuman yang di-minum, gerak-gerik dan tingkah lakunya sehari-hari. Orang yang sederhana akan memakai pakaian yang pantas sesuai postur tubuhnya, tidak terlalu besar sehingga kedodoran, juga tidak terlalu sempit sehingga menghambat aliran darahnya. Penampilannya biasa-biasa saja, rapi, sopan dan pakaiannya menutupi aurat.

Dia hanya makan ketika merasa lapar. Makanan dan minum-annya adalah yang halal dan baik. Dia tidak suka berlebih-lebihan dan tidak bersikap tabdzir (boros), karena dia mengerti bahwa mubadzir adalah saudaranya setan.

Tutur katanya lembut dan perilakunya santun. Taat pada orang tua dan sanrun terhadap semua orang. Mencintai keluarga dan menghormati orang yang lebih dewasa dan lebih luas pengetahuannya. Semua kriteria itu bukan dibuat-buat. Akan tetapi, terbentuk dari gerakan hatinya. Itulah cermin perilaku dan penampilan lahiriah dari orang yang hatinya selalu di-selimuti iman kepada Allah swt.

Rasulullah saw. bersabda, " Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk fisik dan penampilanmu. Akan tetapi Dia melihat kepada hatimu," Sambil beliau menunjuk ke dadanya.

Saya pernah menyaksikan salah satu acara infotainment yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional. Pada acara itu ditampilkan seorang siswa kelas V SD yang memiliki keahlian khusus. Anak itu ditanya, "Kalau sudah besar, kamu ingin menjadi apa?" Anak itu langsung men-jawab, "Aku ingin menjadi artis!"

Kira-kira, apakah yang mendorong anak itu memasang cita-cita ingin menjadi artis? Di dalam benaknya, dia tentu memiliki gambaran tertentu tentang dunia artis seperti yang dia ketahui dari siaran televisi yang dia tonton setiap hari.

Arus informasi sangat gencar "menghantam" kita sampai ke kamar tidur. Secara perlahan tapi pasti, ia akan menyeret kita kepada gaya hidup yang sebenarnya hanya cocok untuk kalangan tertentu saja, yaitu para entertainer. Gaya hidup mereka sudah diketahui oleh semua orang dari pusat kota hingga ke pelosok kampung.

Masalahnya adalah, apa jadinya jika anak kampung ber-ambisi ingin menjadi artis? Tidak sedikit dari mereka yang harus kehilangan kehormatan, harga diri dan identitasnya, sebelum ambisi itu tercapai.

Allah swt. mengingatkan kita agar tidak terjebak pada peniruan gaya hidup golongan manusia yang tidak menaati perintah dan hukum-hukum Allah swt.

"Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia..." (al-An'aam [6]; 70)

"Janganlah sekali-kali kamu mengarahkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (al-Hijr [15]: 88)

Makna dari "mengarahkan pandanganmu" pada ayat di atas adalah, meniru dan mengikuti gaya hidup mereka. Ayat itu adalah larangan dari Allah agar kita tidak iri hati terhadap gaya hidup orang-orang yang berpaling dari petunjuk dan hidayah Allah. Allah juga melarang kita untuk bersedih hati atas keadaan diri kita, meski kita hidup dalam kesederhana-an dan mereka hidup bergelimang kemewahan dan kekayaan. Masih ada golongan selain mereka yang lebih diridhai dan dicintai oleh Allah, yaitu golongan orang-orang yang patuh dan taat pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Maka, Allah melanjutkan dengan perintah-Nya "dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman."

Itu adalah anjuran dari Allah agar kita bergaul dengan orang-orang beriman dan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang berpaling dari-Nya.

Bergaul dengan orang-orang beriman akan membangkit-kan kekuatan diri dan menguatkan keyakinan kita kepada Allah. Sementara bergaul dengan mereka yang berpaling dari jalan Allah, akan menjauhkan kita dari jalan Allah dan akan membuat kita semakin tidak mensyukuri semua nikmat Allah.


Rasulullah saw. bersabda, "Jika engkau melihat bahwasa-nya Allah membukakan pintu-pintu kesenangan duniawi kepada seseorang walaupun ia berbuat maksiat, itu bukan berarti Allah menyukainya. Akan tetapi, Allah mencabut nikmat darinya dengan sekonyong-konyong." Kemudian Rasulullah saw. membaca ayat yang artinya, "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam ber-putus asa." (al-An'aam [6]: 44)

Hudzaifah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. ber¬sabda, "Alangkah bagusnya hemat dalam harta. Alangkah bagus-nya kesederhanaan dalam kemiskinan. Alangkah bagusnya ke-seimbangan dalam beribadah."

Sederhana tidak bisa lepas dari gaya hidup, dan gaya hidup orang-orang yang beriman kepada Allah lebih baik daripada gaya hidup mereka yang tersesat dari jalan Allah.

Ada satu ungkapan yang sangat saya kagumi dan selalu saya pegang teguh dari almarhum Kyai Sahal dan Kyai Zarkasyi (pendiri Pondok Modern Gontor), yaitu, "Sederhana bukan berarti miskin." Beliau mendefinisikan hidup sederhana dengan memiliki sesuatu sesuai kebutuhan. Lebih jauh lagi, Ustadz Hasan Abdullah Sahal menambahkan dengan ungkapan yang saya catat dalam buku harian saya, "Cintailah apa yang kamu miliki, jangan terlalu berambisi untuk memiliki apa yang kamu cintai."

Mencintai dan memiliki adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Jika seorang pemuda mencintai seorang gadis, dia akan berkeinginan untuk memiliki gadis itu. Banyak orang yang ingin memiliki apa pun yang mereka cintai, tetapi sedikit yang bisa mencintai apa yang sudah mereka miliki. Mereka pun semakin jauh dari sifat qana'ah (berpuas diri) dan terus men-cari kepuasan, hingga tanpa sadar usia pun semakin ber-kurang, tenaga terkuras, umur pun habis untuk mencari dan belum sempat untuk bertobat.

Hal demikian adalah akibat dari perilaku yang suka mem-bandingkan penampilan dan harta sendiri dengan penampilan dan harta orang lain. Kita ingin tampil lebih menarik dari orang lain. Kita ingin dianggap lebih kaya oleh orang lain.

Padahal, sudah menjadi hukum alam dan skenario ilahi bahwa setiap manusia memiliki kelebihannya masing-masing. Orang yang iri terhadap kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, dia tidak akan pernah bisa menjalani hidup secara se¬derhana. Dia mengingkari hukum alam dan berusaha keluar dari skenario yang telah Allah rancang. Pada akhirnya, mereka sendiri yang akan terperosok dalam jurang kehancuran.

"Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkat-annya dan lebih besar keutamaannya." (al-Israa' [17]: 21)

Sederhana adalah kekuatan dan kebersahajaan. Sejarah belum pernah mencatat ada orang kaya yang jatuh miskin karena dia hidup sederhana. Sejarah hanya mencatat orang kaya yang jatuh melarat karena dia tidak bisa menikmati indahnya beribadah dengan kelebihan harta yang Allah anugerahkan kepadanya.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.